Pesan Den Haag untuk Presiden dan Pemimpin Indonesia
Den Haag – Nasib bangsa Indonesia jauh dari makna kemerdekaan. Presiden dan para pemimpin Indonesia harus lebih memperhatikan masalah kemiskinan dan korupsi.
Pesan itu tertuang dalam surat Danti Nuraini (13), siswi kelas 3 SMP Sekolah Indonesia di Nederland (SIN), Wassenaar. Surat Danti memenangi lomba menulis surat antarpelajar Indonesia di luarnegeri, yang digelar KBRI Den Haag dalam rangka merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-61.
Dalam suratnya, Danti memaparkan betapa sengsaranya bangsa Indonesia kini, korupsi masih ada di mana-mana, banyak terjadi bencana alam, sumber daya alam yang seharusnya menjadi milik negara diambil oleh negara lain.
“Jujur saya sangat kecewa dan malu terhadap bangsa kita ini, nasib bangsa Indonesia jauh dari makna kemerdekaan, yang hanya ada di mulut saja,” tulis Danti, pindahan dari SMP 2 Surabaya dan baru 15 hari masuk sekolah SIN Wassenaar.
Ia juga menyoroti soal moral dan integritas para pemimpin bangsa saat ini. Ia mengingatkan bahwa pemerintah pernah mengatakan kalau akan mengasuh anak-anak jalanan atau anak-anak terlantar, dan menjadikan mereka anak asuh negara.
“Tapi yang saya lihat masih banyak sekali anak-anak yang terlantar di jalanan Indonesia, terutama di kota-kota besar. Janji-janji pemimpin Indonesia hanya ada di mulut saja, tidak pernah terbukti kebenarannya. Seperti rakyat Indonesia yang sudah lama menunggu kebenaran omongan pemerintah Indonesia. Buktinya?” gugat puteri pendiam itu.
Soal pengangguran, kriminalitas, TKI, kedisiplinan dan tata tertib sebagai sebuah bangsa, hingga kelestarian alam dan penebangan hutan juga tidak luput dari perhatian dari Danti, yang menurut gurunya cukup pendiam di kelas.
“Jika sekarang saya hendak menghirup oksigen di Surabaya, seakan-akan saya bukan menghirup oksigen, tetapi hanya polusi yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Bagaimana bisa maju kalau manusia hanya mengambil untungnya dan tidak bisa berpikir panjang tentang kemajuan negara nanti. Apakah ini akhir dari negara Indonesia? Semakin terpuruk dengan keadaan yang mengenaskan dan memprihatinkan?” demikian Danti.
Merdeka Abai Miskin
Sementara itu surat Ardiana Callista Prima (12), juara II, memaparkan fakta-fakta yang dilihatnya ketika berlibur ke Indonesia pada liburan musim panas Juli-Agustus ini.
Siswi sekolah Belanda, O.B.S. Het Zwanenbos, Zoetermeer, Grup 8 (setara kelas 6 SD), itu mengungkapkan kesedihannya atas ketiadaan kebijakan sosial dan terabaikannya solidaritas antarsesama, sehingga jurang kaya-miskin di Indonesia begitu menganga.
“…Ketika aku pergi ke beberapa kota di sana, di Yogyakarta, di Bandung dan di Bogor, aku melihat banyak orang yang mengemis. Aku sangat sedih melihat pemandangan itu. Tidak hanya orang tua tapi juga anak-anak menadahkan tangan di perempatan-perempatan jalan. Aku bertanya dalam hati, kenapa hal itu bisa terjadi ? Bukankah cukup banyak orang Indonesia yang kaya. Bahkan sebagian orang di sana itu kaya sekali. Kenapa sangat terlihat perbedaan antara si kaya dan si miskin?”
Predikat juara III diraih Anindita Rivy Larasati (14), kelas 2 SMP SIN Wassenaar. Surat Anindita ditujukan kepada teman-teman sebaya korban berbagai bencana alam di Indonesia.
Anindita mengungkapkan bahwa duka rasanya apabila melihat dan merasakan penderitaan teman-teman semuanya yang menjadi korban bencana tersebut.
“Walaupun saya berada jauh dari teman-teman, akan tetapi saya sangat mengetahui apa yang teman-teman rasakan di negara kita yang tercinta itu. Apalagi teman-teman yang akan menempuh ujian akhir sekolah seperti saya ini, tak terbayangkan olehku, bagaimana kalian bisa menghadapi semua itu dengan sabar dan tawakal,” tulisnya.
Anindita juga menekankan pentingnya solidaritas dan kebersamaan. “Jika teman- teman semuanya bersedih, seharusnya masyarakat Indonesia ikut merasakan apa yang dirasakan teman-teman yang sedang tertimpa bencana saat ini. Sebuah rasa kebersamaan bangsa harus kita dirikan dalam jiwa kita pada saat Indonesia sedang terpuruk seperti saat ini,” tegas Anindita.
Tema lomba menulis surat ada empat: Surat untuk Negeriku, Surat untuk Saudaraku di Daerah Korban Bencana Alam, Bagaimana Menciptakan Perdamaian Dunia dan Apa yang Akan Aku Lakukan untuk Kemajuan Negaraku Nanti.
Juara I, II dan III berturut-turut mendapat hadian uang Euro 200, Euro 150 dan Euro 100 serta piagam penghargaan dari KBRI Den Haag, yang diserahkan pada upacara 17 Agustus kemarin. [es]
(Sumber: detik.com)