Leiden — SIN Wassenaar sekaligus INDOCASE memenuhi undangan Panitia Diskusi Panel Pluralization of Narratives on the History of Indonesian Independence, di LAK Theater, Lipsius, Universiteit Leiden, 19 Juni 2010.
Diskusi tersebut dibagi ke dalam 2 sesi, yaitu: I. Pluralization of Narratives on Indonesian Independence, dan II. The Implications of Pluralization of Narratives on Indonesian Independence. Para panelis terdiri dari Indonesianis terkemuka Belanda seperti Nico Schulte Nordholt, Jan Breman, dan Martin van Bruinessen, serta para intelektual Indonesia. KBRI Den Haag diwakili oleh DCM, Bapak Umar Hadi, meskipun beliau menegaskan tampil sebagai pribadi.
Dalam paparannya yang bertajuk “Exploring the hidden narratives of Indonesian Independence: Bracing new forms of relations between Indonesia and the Netherlands”, Bapak Umar Hadi menyatakan bahwa tindakan Indonesia menyatakan kemerdekaannya secara sepihak pada era 1940-an belum secara kondusif didukung oleh sistem/rezim hukum internasional pada masa itu. Tetapi pilihan serta tindakan yang diambil Indonesia tersebut menjadi teladan bagi gerakan perlawanan terhadap kolonialisme di berbagai negara.
Menurut Wakeppri KBRI Den Haag sekaligus Ketua (ex-officio) Badan Pembina Sekolah Indonesia (BPSI) ini, ke depan hubungan Indonesia-Belanda sebaiknya: 1). Saling menopang; 2). Setara; 3). Dengan desain, bukan apa adanya (by default); 4). Bermanfaat bagi kedua pihak; 5). Memiliki kapasitas untuk berkontribusi kepada masyarakat dunia; dan 6). Membangun Monument of Peace, bukan Monument of War.
Acara yang dihadiri oleh sekira 50 orang para pakar, jurnalis, pengamat, mahasiswa, dan tokoh masyarakat Indonesia dan Belanda ini dibuka pukul 09.30 dan berakhir pukul 16.00.
Foto Galeri